Kamis, 23 Januari 2014

[Indonesia] Secuil Wajah Jakarta




Jika berkesempatan datang ke Jakarta (lagi), saya akan menyediakan waktu khusus untuk mendatangi kawasan Kota Tua Jakarta yang dulunya dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Uud Batavia) ini. Kapan lagi kan saya bisa merasakan kawasan yang oleh pelayar Eropa di abad ke-16 dijuluki sebagai “Permata Asia” dan “Ratu dari Timur” karena lokasinya yang sangat strategis dan sumber dayanya yang melimpah.
Kawasan ini disebut jadikan sebagai situs warisan Jakarta oleh gubernur Ali Sadikin di tahun 1972. Terdapat lebih dari 30 situs dan bangunan bersejarah di kawasan Kota Tua ini. Nah, lantas bangunan apa yang terlihat di kartu pos ini? Itu adalah Café Batavia. Bangunan yang diperkirakan dibangun pada tahun 1805.

Café Batavia dulunya tempat tinggal pejabat Belanda yang bekerja tepat di depan bangunan ini. Pada tahun 1993, bangunan ini dijual kepada seseorang berkebangsaan Australia bernama Graham James. Pada tahun 1997, bangunan ini beralih fungsi menjadi kafe karena bangunan ini sempat terbengkalai takkala krisis moneter terjadi di Indonesia. 

Terima kasih kepada mas Wib yang sudah mengirimi saya kartu pos keren ini. Saya jadi teringat novel Rahasia Meede yang mengambil beberapa bangunan di Kota Tua sebagai setting ceritanya. Untuk menciptakan kesan jadul, mas Wib bahkan menempelkan perangko kuno dan menulis beberapa kalimat menggunakan ejaan lama. ^^ 

Oh ya, mas Wib ini juga jago motret. Beberapa karya fotonya kini ‘disulap’ menjadi kartu pos kece. Bagi yang pingin lihat, silahkan main-main ke blog BlackWhiteLover ya. Dan, disaat yang bersamaan mas Wib nggak hanya mengirimi saya satu kartu pos saja. Ini dia beberapa kartu pos lain yang saya terima dari mas Wib. Sekali lagi, terima kasih mas Wib :)


Klenteng Pletak Sembilan dinamakan demikian karena terletak di Petak Sembilan. Awalnya Klenteng ini dikenal dengan nama Klenteng Guan Yin Ting. Salah satu Klenteng tua dan bersejarah karena menurut Adolf Heuken pada tulisan Historical Sites of Jakarta (1989) menuliskan bahwa sekitar tahun 1650 seorang Letnan Tionghoa bernama Guo Xun Guan mendirikan sebuah klenteng untuk menghormati Dewi Kwan Im (Guan Yin). Klenteng ini sempat hancur dan terbakar pada Tragedi Pembantaian Angke pada tahun 1970. Kini Klenteng ini dikenal dengan nama Klenteng Jin De Yuan atau berarti “Klenteng Kebajikan Emas”.


Wayang Potehi adalah salah satu jenis wayang khas Tionghoa yang berasal dari Cina bagian selatan. Potehi berasa dari kata pou  (kain), te (kantong) dan hi   (wayang). Kesenian ini sudah berumur lebih dari 3000 tahun pada masa Dinasti Jin (265-420 Masehi) dan menurut legenda, seni wayang ini diciptakan oleh pesakitan hukuman mati di penjara. 5 tahanan menciptakan pertunjukkan ini untuk menarik perhatian kaisar agar mau memberikan pengampunan.


Nah, melalui kartu pos satu ini kita diajak untuk mengenal Kerak Telor, makanan tradisional asal Betawi yang diolah dari bebeberapa bahan utama seperti ketan putih, telur ayam, ebi dan beberapa bumbu yang dihaluskan (berupa kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica, garam dan sedikit gula pasir). Ini adalah makanan yang sangat ingin saya cicipi sejak lama. Huaaa...


Di kartu pos terakhir ini kita meloncat jauh ke Makassar :) tepatnya ke Pantai Losari sembari menyaksikan semburat senja dengan matahari yang mulai beranjak pulang. Duduk sore di pinggir pantai sambil ngemil pisang epe bakalan nikmat banget kali ya *pengen* apalagi kalau ada yang nemenin #eh *abaikan*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar