Kamis, 01 Mei 2014

Hanacaraka : The Javanese Alphabet



Hanacaraka atau Carakan (Sunda) dan Anacaraka (Bali) adalah sebutan untuk aksara serumpun di pulau Jawa dan Bali. Ha-Na-Ca-Ra-Ka sendiri berarti "Utusan" yakni utusan hidup berupa napas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia (sebagai ciptaanNya).

Aksara yang terlihat di kartu pos ini adalah Aksara Jawa. Hanacaraka Jawa ini adalah salah satu aksara tradisional nusantara yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan sejumlah bahasa daerah Indonesia lainnya seperti bahasa Sunda dan bahasa Sasak. Jenis tulisan ini 'berkerabat' dekat dengan aksara Bali. Dalam sehari-hari, penggunaan aksara Jawa umum digantikan dengan huruf Latin yang pertama kali dikenalkan oleh Belanda di abad ke-19.

Aksara Jawa resmi dimasukkan dalam Unicode versi 5.2 sejak tahun 2009. Walau begitu, kompleksitas aksara Jawa hanya dapat ditampilkan dalam teknologi Graphite SIL seperti browser Firefox dan beberapa prosesor kata yang open source sehingga penggunaannya tidak semudah huruf latin. Kesulitan penggunaan aksara Jawa dalam media digital merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurang populernya aksara Jawa di kalangan preservasionis. 

Aksara Jawa adalah sistem tulisan Abugida yang ditulis dari kiri ke kanan dan digunakan tanpa spasi (scriptio continua). Oleh karena itu pembaca harus paham dengan teks bacaan untuk dapat membedakan tiap kata. Aksara Jawa dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Aksara dasar terdiri dari 20 suku kata (seperti yang terlihat di kartu pos ini). Dulu saya sempat berfikir andai Indonesia seperti Cina, Rusia, India, Jepang atau Korea tentulah bakalan keren ya! haha. Ya paling tidak kemampuan bahasa penduduk Indonesia lebih beragam. Mbak Na Sri, terima kasih ya atas kartu posnya :) suka sekali!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar